T13/OJ/2010 Satria Perdana
210110090044
Prof. Dr. Yus Rusyana adalah salah seorang Guru Besar di Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia atau UPI, Setiabudhi, Bandung. Ia tinggal di kompleks Suaka Indah, jalan Gajah I no.19/21. Ia memiliki seorang istri dan dikaruniai lima orang anak. Yang pertama sayangnya meninggal ketika lahir. Lalu empat lainnya saat ini sudah lulus kuliah dan bekerja. Dari empat bersaudara tersebut, tiga diantaranya sudah menikah, sedangkan yang satu lagi baru akan menikah bulan Desember 2010. Dirumahnya ia memiliki seekor kucing yang sedang hamil dan dalam waktu dekat akan melahirkan kucing-kucing lain.
Ia memiliki disertasi yang berjudul “Berkenalan Dengan Dwibahasawan”, yang kurang lebih membahas tentang bahasa dan morfologi. Karena ia membidangi ilmu linguistic atau bahasa. Ia sempat belajar di Belanda, tepatnya di University of Leiden selama tiga tahun, sejak tahun 1971-1973. Ia merupakan sarjana muda di IKIP Bandung yang ia tempuh selama tiga tahun, dan menjadi sarjana dalam tempo dua tahun. Setelah itu pada than 1975 ia menjadi Doktor muda. Selama ia menjadi seorang Doktor hingga sekarang ia menjadi seorang Professor, ia selalu memperhatikan perkembangan dari mahasiswa S1. Karena menurutnya perkembangan dari mahasiswa S1 saat ini terus membeludak dan akhirnya banyak mahasiswa S1 sendiri yang saat ini menganggur. Karena, saking banyaknya mahasiswa S1 yang setelah lulus banyak yang menganggur, maka ia mengatakan kalau mahasiswa S1 yang sudah lulus dianjurkan untuk menempuh ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu di ke jenjang S2, agar ia dapat merealisasikan atau mengaplikasikan hasil yang ia peroleh selama ia kuliah dan ketika ia bekerja.
Beliau yang lahir di Pameuged, Garut Selatan, tanggal 24 Maret 1938 ini pada awalnya bersekolah di Sekolah Rakyat. Kemudian ia melanjutkan ke Sekolah Guru B dan setelah itu Sekolah Guru A. Istrinya dulu sempat menulis artikel untuk pikiran rakyat. Namun, sekarang setelah sembuh dari sakit yang membuatnya tidak bisa menulis kini menulis kembali sebuah artikel yang ia diterbitkan di majalah Mangle dalam bahasa sunda. Pak Yus sendiri kini masih aktif sebagai dosen pascasarjana di UPI dan Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. Namun, ia juga memperhatikan pendidikan yang ada di Indonesia terutama kasus yang sedang hangat di dunia pendidikan saat ini, yaitu penggunaan bahasa asing yang menjadi bahasa pengantar di sekolah bertaraf internasional dan rintisan sekolah bertaraf internasional. Menurutnya, sekolah atau institusi pendidikan ini kurang memperhatikan bahasa ibu yang saat ini posisinya terancam dari penggunaan bahasa asing yang menjadi bahasa pengantar di sekolah bertaraf internasional, sehingga posisi bahasa ibu sendiri, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa derah, terancam akan tergeser nilai-nilainya akibat dari globalisasi.
Orang yang ingin disapa Pak Yus ini mengatakan kalau bahasa Indonesia dan bahasa daerah itu sangatlah penting bagi masyarakat. Apalagi tugas dari institusi pendidikan sendiri adalah menghasilkan lulusan-lulusan atau anak bangsa yang memiliki jatidiri yang kuat sebagai bangsa Indonesia dan apresiasi sebagai seseorang yang lahir dan mencintai tanah airnya sendiri, yaitu Indonesia. Jika di institusi pendidikan atau sekolah bertaraf internasional menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar, maka akan menimbulkan pergeseran nilai dari bahasa Indonesia itu sendiri. Oleh karena itu, beliau mengatakan untuk terus bangga sebagai orang Indonesia dan menggunakan bahasa Indonesia untuk dapat bersaing dengan bangsa lain yang ada di dunia ini.