Tuesday, November 16, 2010

Prof. Dr. Yus Rusyana : Bahasa Indonesia Penting Untuk Pendidikan Bangsa


T13/OJ/2010 Satria Perdana
210110090044

Prof. Dr. Yus Rusyana adalah salah seorang Guru Besar di Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia atau UPI, Setiabudhi, Bandung. Ia tinggal di kompleks Suaka Indah, jalan Gajah I no.19/21. Ia memiliki seorang istri dan dikaruniai lima orang anak. Yang pertama sayangnya meninggal ketika lahir. Lalu empat lainnya saat ini sudah lulus kuliah dan bekerja. Dari empat bersaudara tersebut, tiga diantaranya sudah menikah, sedangkan yang satu lagi baru akan menikah bulan Desember 2010. Dirumahnya ia memiliki seekor kucing yang sedang hamil dan dalam waktu dekat akan melahirkan kucing-kucing lain.
Ia memiliki disertasi yang berjudul “Berkenalan Dengan Dwibahasawan”, yang kurang lebih membahas tentang bahasa dan morfologi. Karena ia membidangi ilmu linguistic atau bahasa. Ia sempat belajar di Belanda, tepatnya di University of Leiden selama tiga tahun, sejak tahun 1971-1973. Ia merupakan sarjana muda di IKIP Bandung yang ia tempuh selama tiga tahun, dan menjadi sarjana dalam tempo dua tahun. Setelah itu pada than 1975 ia menjadi Doktor muda. Selama ia menjadi seorang Doktor hingga sekarang ia menjadi seorang Professor, ia selalu memperhatikan perkembangan dari mahasiswa S1. Karena menurutnya perkembangan dari mahasiswa S1 saat ini terus membeludak dan akhirnya banyak mahasiswa S1 sendiri yang saat ini menganggur. Karena, saking banyaknya mahasiswa S1 yang setelah lulus banyak yang menganggur, maka ia mengatakan kalau mahasiswa S1 yang sudah lulus dianjurkan untuk menempuh ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu di ke jenjang S2, agar ia dapat merealisasikan atau mengaplikasikan hasil yang ia peroleh selama ia kuliah dan ketika ia bekerja.
Beliau yang lahir di Pameuged, Garut Selatan, tanggal 24 Maret 1938 ini pada awalnya bersekolah di Sekolah Rakyat. Kemudian ia melanjutkan ke Sekolah Guru B dan setelah itu Sekolah Guru A. Istrinya dulu sempat menulis artikel untuk pikiran rakyat. Namun, sekarang setelah sembuh dari sakit yang membuatnya tidak bisa menulis kini menulis kembali sebuah artikel yang ia diterbitkan di majalah Mangle dalam bahasa sunda. Pak Yus sendiri kini masih aktif sebagai dosen pascasarjana di UPI dan Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran.  Namun, ia juga memperhatikan pendidikan yang ada di Indonesia terutama kasus yang sedang hangat di dunia pendidikan saat ini, yaitu penggunaan bahasa asing yang menjadi bahasa pengantar di sekolah bertaraf internasional dan rintisan sekolah bertaraf internasional. Menurutnya, sekolah atau institusi pendidikan ini kurang memperhatikan bahasa ibu yang saat ini posisinya terancam dari penggunaan bahasa asing yang menjadi bahasa pengantar di sekolah bertaraf internasional, sehingga posisi bahasa ibu sendiri, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa derah, terancam akan tergeser nilai-nilainya akibat dari globalisasi.
Orang yang ingin disapa Pak Yus ini mengatakan kalau bahasa Indonesia dan bahasa daerah itu sangatlah penting bagi masyarakat. Apalagi tugas dari institusi pendidikan sendiri adalah menghasilkan lulusan-lulusan atau anak bangsa yang memiliki jatidiri yang kuat sebagai bangsa Indonesia dan apresiasi sebagai seseorang yang lahir dan mencintai tanah airnya sendiri, yaitu Indonesia. Jika di institusi pendidikan atau sekolah bertaraf internasional menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar, maka akan menimbulkan pergeseran nilai dari bahasa Indonesia itu sendiri. Oleh karena itu, beliau mengatakan untuk terus bangga sebagai orang Indonesia dan menggunakan bahasa Indonesia  untuk dapat bersaing dengan bangsa lain yang ada di dunia ini.  

Feature Profil


T13/OJ/2010

Alika Nugraha
210110090029


 H. Wawan Ruswana, A. Md : Wartawan dengan Pendidikan Sederhana

Berprofesi sebagai seorang wartawan adalah bagaikan pisau bermata dua bagi orang-orang yang menjalaninya. Di satu sisi, profesi ini adalah profesi yang paling banyak diminati dan dicari pada zaman dan era globalisasi ini guna memenuhi kebutuhan orang-orang akan gencarnya pergerakan arus informasi. Namun di sisi yang satunya, profesi ini adalah profesi yang sangat menuntut akan keprofesionalitasan seseorang terhadap pekerjaanya, dengan segala kewajiban dan resiko didalamnya. Menjadi seorang wartawan adalah tantangan tersendiri bagi semua orang yang ingin terjun di dalamnya. Setidaknya itulah yang mungkin ingin disampaikan oleh Wartawan Senior Radio Republik Indonesia (RRI) Bandung yang juga pernah menjabat sebagai ketua PWI Bandung, H. Wawan Ruswana kepada penulis, beliau berkata bahwa menjadi seorang wartawan adalah sebuah pilihan bagi semua orang. H. Wawan Ruswana lahir di sumedang pada tanggal 26 desember 1960 dan sekarang bertempat tinggal di Dsn. Pasir Luhur Rt 02 Rw 08 jatinagor, sumedang. Beliau kini masih bekerja di RRI Bandung sebagai Kepala Seksi Liputan Berita dan Dokumentasi.
Banyak orang-orang yang ingin menjadi wartawan dan mengenyam pendidikan sampai sarjana sekarang, bahkan tidak jarang juga mereka mengikuti berbagai pelatihan-pelatihan jurnalistik yang kini semakin gencar dilakukan oleh beberapa awak media guna mencetak jurnalis-jurnalis handal. Padahal menurut H. Wawan sendiri, walaupun pendidikan itu memang penting tapi yang paling penting adalah kesungguhan dan keuletan dalam mendalami profesi wartawan tersebut. Riwayat pendidikan beliau sendiri dimulai dari Sd Jatiroke pada tahun 1967-1973, Smp Negeri Cikeruh tahun 1973-1976, Sma Negeri Ujung-berung tahun 1976 s/d pertengahan 1980. Kemudian setelah lulus sma, beliau tidak langsung mencari kerja, tetapi berwiraswasta terlebih dahulu selama 2 tahun. Barulah kemudian pada tahun 1982 beliau mendaftarkan diri dan diangkat menjadi CPNS di lingkungan RRI, lalu pada tahun berikutnya yakni tahun 1983 beliau lulus dan diangkat menjadi PNS resmi. Selama kurang lebih tiga tahun yakni sampai tahun 1986 beliau diuji kelayakan di berbagai bidang, diantaranya bidang siaran, pemberitaan, dan tata usaha. Karena dianggap cocok di pemberitaan, beliau ditempatkan di bidang tersebut. Setelah itu beliau mendapat diklat khusus dari RRI di bidang pemberitaan selama 40 hari dengan materi seperti reportase, teknik wawancara, penulisan naskah, penulisan berita dll. Itulah aku beliau pembelajaran pertamanya mengenai dunia jurnalis. Di tahun-tahun berikutnya setelah di anggap sudah memadai, beliau pun diberikan kartu pers dan berlabel wartawan. Gelar A. Md sendiri didapat ketika beliau melakukan dinas di RRI, gelar ini didapatkan melalui pendidikan di MTTC, salah satu lembaga diklat yang diadakan untuk karyawan TVRI dan RRI. Beliau mendapat tugas sebagai wartawan di pemkot bandung sampai tahun 2008. Setelah menjadi wartawan tetap dan sebelum diangkat sebagai Kasi, beliau pernah juga memegang jabatan sebagai redaktur dan penanggunggjawab bulletin di RRI . Cerita tentang beliau yang menjadi ketua PWI sendiri, diawali ketika beliau mengikuti seleksi anggota PWI dan masuk diterima sebagai anggota Madya. Setelah itu setelah lebih dari 3 tahun, beliau lulus menjadi anggota biasa melalui testing. Perbedaanya kini anggota biasa itu bisa menjadi pengurus PWI. Kemudian pada tahun 1999 dicalonkan dan terpilih menjadi ketua Pwi kota bandung.  Karena kepercayaan para anggotaya juga, pada periode berikutnya beliau diangkat kembali.  Satu hal yang bisa diambil dari cerita beliau adalah beliau menjadi wartawan tanpa melalui pendidikan terlebih dahulu, justru pendidikan tersebut didapatkannya setelah menjadi wartawan. Beliau berpesan bahwa berpendidikan tinggi itu tidak selamanya bisa berpengaruh di dunia kerja, hanya dengan dibarengi keuletanlah semua pekerjaan atau profesi yang akan kita jalani bisa dilaksanakan dengan baik, seberat apapun profesi tersebut.

Profil Narasumber :
Nama             =          H. Wawan Ruswana,A. Md
TTL                =          Sumedang, 26 Desember 1960
Alamat            =          Dsn. Pasir luhur RT 02 RW 08 desa Cipacing, Jatinangor Sumedang.
No. Telp         =          0818220163
Jabatan           =          Kepala Seksi Liputan Berita dan Dokumentasi RRI  Bandung Eselon IV.a
Karier             =          Wartawan RRI Bandung
                                    Ketua PWI Bandung periode 1999-2004 dan 2004-2009     

H. Wawan Ruswana A. Md

Feature Profil

T13/OJ/2010                                                                              
Muhammad Septianto
210110090038

Dedi Djanuryadi
Pers Indonesia
Pers di Indonesia telah mengalami berbagai macam perubahan dari masa ke masa. Banyak orang menilai bahwa pers Indonesia telah mengalami kemajuan dibandingkan ketika jaman orde baru. Kemajuan tersebut dapat dilihat dari segi penampilan berita yang ditampilkan. Namun, tidak sedikit juga orang yang menilai bahwa etika pers dan pelaksanaan kegiatan pers Indonesia malah megalami kemunduran, dan salah satunya ialah Dedi Djanuryadi. Ia merupakan mantan wartawan orde baru yang masuk ke dalam daftar blacklist, yang membuatnya susah bekerja dalam dunia jurnalisme selama jaman orde baru. Hal tersebut membuatnya mengubah pekerjanya yang semula akrab dengan dunia jurnalisme atau wartawan, menjadi akrab dengan bidang entertainment.
Pers Indonesia yang dulunya berpatok pada idealis, sekarang berubah dan berpatok pada kapitalis. Ia menyayangkan dengan pers Indonesia saat ini. Salah satu penyebab buruknya sistem pers di Indonesia ialah karena kurangnya idealisme dan kesadaran pada jurnalis. Kesadaran tersebut harus dimulai dari masing-masing pribadi jurnalis. Selain dari individunya, pers akan menjadi lebih baik jika lembaga dan media yang berkaitan dapat selaras dengan pers yang ideal.
Diperlukan pula edukasi di tingkat dasar serta bebas dari keterikatan dengan politik maupun hal lain yang mengganggu idealisme bagi pers, agar pers Indonesia menjadi lebih baik. Pers mesti berdiri di atas idealisme.

Narasumber
Nama : Dedi Djanuryadi
TTL : Taskmalaya, 27 Januari 1986
Alamat : Jalan Karet Tengsin Gg Mesjid III RT 004/04
No HP : 085294071633

Prof. Dr. Yus Rusyana : Bahasa Indonesia Penting

T13/OJ/2010 Satria Perdana
210110090044



Prof. Dr. Yus Rusyana adalah salah seorang Guru Besar di Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia atau UPI, Setiabudhi, Bandung. Ia tinggal di kompleks Suaka Indah, jalan Gajah I no.19/21. Ia memiliki seorang istri dan dikaruniai lima orang anak. Yang pertama sayangnya meninggal ketika lahir. Lalu empat lainnya saat ini sudah lulus kuliah dan bekerja. Dari empat bersaudara tersebut, tiga diantaranya sudah menikah, sedangkan yang satu lagi baru akan menikah bulan Desember 2010. Dirumahnya ia memiliki seekor kucing yang sedang hamil dan dalam waktu dekat akan melahirkan kucing-kucing lain.
Ia memiliki disertasi yang berjudul “Berkenalan Dengan Dwibahasawan”, yang kurang lebih membahas tentang bahasa dan morfologi. Karena ia membidangi ilmu linguistic atau bahasa. Ia sempat belajar di Belanda, tepatnya di University of Leiden selama tiga tahun, sejak tahun 1971-1973. Ia merupakan sarjana muda di IKIP Bandung yang ia tempuh selama tiga tahun, dan menjadi sarjana dalam tempo dua tahun. Setelah itu pada than 1975 ia menjadi Doktor muda. Selama ia menjadi seorang Doktor hingga sekarang ia menjadi seorang Professor, ia selalu memperhatikan perkembangan dari mahasiswa S1. Karena menurutnya perkembangan dari mahasiswa S1 saat ini terus membeludak dan akhirnya banyak mahasiswa S1 sendiri yang saat ini menganggur. Karena, saking banyaknya mahasiswa S1 yang setelah lulus banyak yang menganggur, maka ia mengatakan kalau mahasiswa S1 yang sudah lulus dianjurkan untuk menempuh ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu di ke jenjang S2, agar ia dapat merealisasikan atau mengaplikasikan hasil yang ia peroleh selama ia kuliah dan ketika ia bekerja.
Beliau yang lahir di Pameuged, Garut Selatan, tanggal 24 Maret 1938 ini pada awalnya bersekolah di Sekolah Rakyat. Kemudian ia melanjutkan ke Sekolah Guru B dan setelah itu Sekolah Guru A. Istrinya dulu sempat menulis artikel untuk pikiran rakyat. Namun, sekarang setelah sembuh dari sakit yang membuatnya tidak bisa menulis kini menulis kembali sebuah artikel yang ia diterbitkan di majalah Mangle dalam bahasa sunda. Pak Yus sendiri kini masih aktif sebagai dosen pascasarjana di UPI dan Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. Namun, ia juga memperhatikan pendidikan yang ada di Indonesia terutama kasus yang sedang hangat di dunia pendidikan saat ini, yaitu penggunaan bahasa asing yang menjadi bahasa pengantar di sekolah bertaraf internasional dan rintisan sekolah bertaraf internasional. Menurutnya, sekolah atau institusi pendidikan ini kurang memperhatikan bahasa ibu yang saat ini posisinya terancam dari penggunaan bahasa asing yang menjadi bahasa pengantar di sekolah bertaraf internasional, sehingga posisi bahasa ibu sendiri, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa derah, terancam akan tergeser nilai-nilainya akibat dari globalisasi.
Orang yang ingin disapa Pak Yus ini mengatakan kalau bahasa Indonesia dan bahasa daerah itu sangatlah penting bagi masyarakat. Apalagi tugas dari institusi pendidikan sendiri adalah menghasilkan lulusan-lulusan atau anak bangsa yang memiliki jatidiri yang kuat sebagai bangsa Indonesia dan apresiasi sebagai seseorang yang lahir dan mencintai tanah airnya sendiri, yaitu Indonesia. Jika di institusi pendidikan atau sekolah bertaraf internasional menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar, maka akan menimbulkan pergeseran nilai dari bahasa Indonesia itu sendiri. Oleh karena itu, beliau mengatakan untuk terus bangga sebagai orang Indonesia dan menggunakan bahasa Indonesia untuk dapat bersaing dengan bangsa lain yang ada di dunia ini.

Yanti Rubiyanti : Tak Sejalur Tak Masalah

T13/OJ/2010
SUCI AMELIA HARLEN
210110090030

 
Seperti yang kita ketahui banyaknya orang yang apa yang dipelajarinya tidak sesuai dengan pekerjaanya. Dalam hal ini anggap saja kita sebut dia sebagai penyimpang. Pada prinsipnya perusahaan atau instansi mencari orang yang tepat dengan kebutuhan pekerjaan. Sedangkan di perguruan tinggi atau akademi atau pendidikan lanjutan setelah SMA mahasiswa dibekali tidak hanya pengetahuan yang berkaitan dengan ilmu dijurusannya tetapi juga didik sikapnya.
Hal ini bukan berarti apa-apa yang di pelajari di bangku kuliah akan sia-sia Cara berpikir yang di didik di kampus tidak akan sia-sia. Ketika pengembangan cukup dilakukan di kampus, dosen mengasah aspek sikap pada mahasiswa yang terdiri dari pengetahuan. Keterampilan dan kemampuan, sikap dan cara berpikir inilah yang menjadi modal lulusan perguruan tinggi untuk bekerja. Tidak semua lapangan pekerjaan ditempatkan orang-orang yang tidak sesuai. Contohnya yang berkaitan dengan profesi, itu mutlak harus lulusan sesuai bidang profesinya, seperti  psikolog, dokter, pengacara , dll.Pekerjaan ada yang terkait profesi atau yang terkait dengan kebutuhan perusahaan. Bisa juga dengan minat atau hobi.
Cara berpikirinya tidak akan sia-sia. Sikap dan cara berpikir pada bangku kuliah akan berbeda dengan lulusan SMA. Dimana di Perguruan Tinggi lebih banyak diajarkan konsep-konsep yang melibatkan adanya sistematika di dalam berpikir, kemampuan analisis, kemampuan melihat kondisi, atau permasalahan dari berbagai sudut pandang yang bisa jadi tidak diajarkan di luar perguruan tinggi.
Dalam kaitannya dengan pekerjaan  dan karir ada yang disebut bakat dan minat. Dimana bakat terkait dengan potensi yang dimiliki seseorang. Seperti : intelegensi, sikap kerja, kepribadian, emosi dan relasi sosial. Sedangkan minat terkait dengan hal-hal yang diminati seseorang.


 
BIODATA
Nama                                     : Yanti Rubiyanti 
Tanggal Lahir                       :01 Januari
Kota Asal                               :Bandung, Indonesia
Agama                                   :Islam
Aktivitas                                :Mengajar, penelitian, penalaran kemahasiswaan,
e-learning, sekolah, jalan-jalan
Minat                                      :biopsikologi
Email                                      :yantirubiyanti@gmail.com
Alamat Sekarang                  :Jl Raya Cimenyan No 65
Situs Web                              :http://yantirubiyanti.blogspot.com
http://minaretseven.blogspot.com
Perguruan Tinggi:
·         Universitas Padjadajran
·         Psikologi

Lembaga/Perusahaan:Universitas Padjadjaran
Jabatan:Dosen





Dr. Lienda Noviyanti, Dari Statistika Hingga Tai-chi


T13/OJ/2010                                                                                      Fadil Muhammad
                                                                                                         210110090024

Sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana cara mengumpulkan, mengolah, menganalisa data serta menyimpulkannya, maka statistika dapat dijadikan alat untuk menganilis permasalahan dalam berbagai aspek. Hal ini dapat menjelaskan mengapa statistika terlihat selalu menjadi salah satu mata kuliah di setiap jurusan di perguruan tinggi. Statistika dijadikan salah satu mata kuliah karena memiliki peran penting agar membantu mahasiswa saat membuat skripsi, thesis, disertasi maupun penelitian lainnya.
Salah satu sosok yang menekankan hal di atas adalah Dr. Lienda Noviyanti yang memiliki spesifikasi pada aktuaria dan matematika keuangan dan sekarang menjabat sebagai Sekretaris Akademik Program Magister Statistika di Jurusan Statistika FMIPA Unpad. Beliau lahir di Bandung, 28 November 1964 dan sekarang tinggal di Jalan Malang no. 9 Antapani Bandung.
Dr. Lienda Noviyanti mulai meniti pendidikan di TK. Ade Irma Suryani, Taman Lalu Lintas. Dilanjutkan di SDN. Banjarsari hingga kelas 2 lalu pindah ke SDN. Halimun hingga selesai. Beliau menempuh pendidikan selanjutnya di SMPN 5 Bandung, lalu SMAN 5 Bandung.  Beliau juga menempuh pendidikan program S1 di Jurusan statistika FMIPA Unpad. Saat itu ia aktif di UKM Sadaluhung Padjajaran Drum Corps sebagai angkatan perdana. Setelah mendapatkan gelar sarjana beliau melanjutkan program S2 di Jurusan Matematika FMIPA ITB. Setelah itu program S3 di Jurusan FMIPA ITB. Saat menempuh program S3 ini, beliau sempat melakukan penelitian di Univesity of Groningen The Netherlands selama 3 bulan. Beliau juga menjadi mahasiswa S3 pertama di FMIPA ITB yang membuat disertasi dengan bidang kajian utama aktuaria.
4 bulan terakhir ini sedang tergila-gila dengan seni beladiri tai-chi. Bahkan beliau nekat mengikuti Jambore dan turnamen nasional Taijiquan kedua 2010 di Surabaya akhir November ini.
Biodata
Nama   : Dr. Lienda Noviyanti
TTL     : Bandung, 28 November 1964
Alamat : Jalan malang no.9 Antapani Bandung
No Hp  : 0811233728

Suadamara Ananda, Sejarah Diperlukan untuk Masa Depan


T13/OJ/2010
Agnes Savithri
210110090037

Suadamara Ananda, S.H, seseorang yang senang untuk berberbagi pengetahuan. Mengajar di Faklutas Hukum, Universitas Parahyangan, Bandung dan Fakultas Hukum  Universitas Ibnu Kaldun, Bogor. Ia sempat mengeyam kuliah di ITB jurusan Arsitektur, tetapi selesai dan kemudia kuliah di Fakultas Hukum Universitas Parahyangan hingga mendapat gelar S.H dan juga bekerja di universitas tersebut sebagai tenaga pengajar hingga saat ini.

Ia juga sempat menjadi pembicara dalam seminar mahasiswa hukum dengan judul seminar "Dehumanisasi Pendidikan Akibat Korupsi" di Universitas Parahyangan. Menurut beliau, seharusnya lembaga anti korupsi jangan membawa pelajar ataupun mahasiswa sebagai bagian dari institusi tersebut karena sudah menjadi tugas institusi tersebutlah untuk melawan korupsi. Banyak ilmu dan informasi yang didapat dari beliau. Beliau juga sangat senang membaca, garasi belakang rumahnya diubah menjadi sebuah perpustakaan sederhana yang dipenuhi banyak buku. berbagai macam buku, tidak karena beliau dosen hukum sehingga buku-buku yang terdapat buku-buku hukum saja, banyak juga terdapat buku-buku lainnya. 

Beliau juga berpesan, bahwa mahasiswa saat ini minimal harus mengetahui kejadian 75 tahun sebelum masa sekarang dan 75 tahun yang akan datang. Mengapa? Karena masa lalu atau sejarah diperlukan untuk menganalisi yang terjadi saat ini dan juga untuk memprediksi masa depan. Beliau juga sempat mengutarakan kekhawatirannya mengenai minat anak muda saat ini untuk menjadi guru ataupun tenaga pengajar. Menurut beliau guru adalah hal yang penting untuk kelangsungan dunia pendidikan. Tidak membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan pengetahuan dan nilai hidup dari beliau. Dari kesederhanaan dan sikap hidupnya banyak hal yang bisa kita pelajari dan kita jadikan tuntunan. 



keterangan:
Foto diambil dari kediaman beliau.

Data narasumber:
Nama: Suadamara Ananda, S.H
TTL:  Kotanopan, 28 September 1944
Alamat : Jl. Ligar Wangi No 32
Nomor contact : 08129471998